Press Rilis: Kartini Kendeng Nyiwer Kendeng 10 – 13 April 2018

Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK)
Nyiwer Kendeng Sukinah ngarit suket Omah Sonokeling
Nyiwer Kendeng, Sukinah Petani Tegaldowo, rembang sedang “ngarit suket” Omah Sonokeling, Sukolilo, Pati (10/4)

Perjuangan kami mewakili banyak kaum wanita dari Sabang – Merauke yang juga masih “tertindas” oleh nuraninya. Masa bodoh terhadap keadaan lingkungan di sekelilingnya, memaknai kecantikan wanita hanya sebatas lahiriah, takut memperjuangkan hak-haknya, serta budaya yang melekat bahwa kaum Pria lah yang mesti bergerak merubah keadaan. Semua itu adalah pekerjaan rumah kaum wanita. Kami hendak menguatkan kaum wanita, bahwa sesuatu yang benar layak dan harus diperjuangkan, walaupun dengan cucuran keringat dan air mata. Emansipasi wanita bagi kami berarti peran serta wanita dalam melindungi ruang hidup petani demi masa depan anak cucu kami. Kecantikan wanita harusnya terpancar dari dalam diri yang nampak dalam perannya berguna bagi sesama dan kehidupan. Begitulah kami memaknai peringatan Hari Kartini. Kami mengajak seluruh wanita untuk bangkit berdiri, berjuang memerdekakan hati nurani. Karena saat ruang hidup terancam, kamilah para wanita yang akan menjadi korban pertama.Merawat dan mencegah hilangnya sumber mata air adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Air adalah salah satu kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Musnahlah kehidupan jika air musnah. Peg. Kendeng adalah pegunungan karst yang sebagai tempat resapan dan penyimpanan ribuan mata air dan sungai bawah tanah. Untuk itu lestarinya Peg. Kendeng demi terjaganya kehidupan harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan. Dalam perjalanan perjuangan kami menolak penambangan dan ekspansi pabrik semen di seluruh wilayah Kendeng, mulai upaya hukum yang telah menghasilkan putusan MA hingga diputuskan diadakannya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di Peg. Kendeng oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2016 dan telah selesai dilakukan.

Kedua upaya di atas telah mewajibkan kepada Pemerintah Daerah, baik Kabupaten maupun Provinsi untuk “melindungi” kawasan Peg. Kendeng dari berbagai upaya eksploitasi. Untuk itu perubahan Raperda Provinsi/ Kabupaten yang mendukung pada upaya-upaya kelestarian kawasan karst Peg. Kendeng harus segera dilakukan dan segera terwujud guna mencegah kerusakkan yang lebih parah, mencegah hilangnya lebih banyak lagi daerah resapan air akibat adanya penambangan. Untuk itu, kami mengetuk hati nurani setiap anggota DPRD untuk berdiri bersama rakyat memperjuangkan perubahan RAPERDA RTRW yang pro pada penyelamatan alam dan hasil KLHS tidak hanya menjadi bahan merevisi PERDA RTRW, tapi harus dijadikan penentu dalam membuat suatu kebijakan apapun. Karena DPRD adalah rumah rakyat. DPRD adalah wakil rakyat, bukan wakil pemerintah/ pemodal.

Dalam merawat sumber mata air dan sungai-sungai kawasan hilir, kami juga melakukan pembersihan dari sampah plastik, yang saat ini merupakan polutan yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, mulai dari tumbuhan, hewan dan juga manusia. Tanggal 10 April 2018 pukul 13.00 – 16.00 WIB Kami melakukan kegiatan resik-resik sampah di sekitar Omah Sonokeling di desa Gadudero, Kec.Sukolilo, Kab.Pati. Keesokan harinya tanggal 11 April 2018 pukul 10.00 WIB kami melanjutkan resik-resik sampah di air terjun Widuri yang berada di desa Kemadohbatur, Kec.Tawangharjo, Kab. Grobogan. Di hari yang bersamaan pukul 13.00 WIB kami melanjutkan ke mata air Sendang Cokrowati di desa Cokrowati, Kec. Todanan, Kab.Blora dan di hari terakhir kami akan melanjutkan ke Sumber Brubulan di desa Pasucen dan Sumber Sumur Gede di desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kab. Rembang. Tepat jika emansipasi wanita dimaknai sebagai upaya kepedulian pada penggunaan kantong plastik yang merupakan sumber utama sampah plastik. Untuk diketahui, bahwa pada tahun 2016, setiap orang membuang dua kantong plastik perhari, 700 kantong per tahun.

Pola pikir yang malas membawa keranjang yang bisa digunakan berulang-ulang saat belanja, atau malas membawa wadah yang bisa dipakai lagi saat membeli makanan/minuman, itulah yang harus kita perangi bersama. Kepedulian kaum wanita terhadap bahaya sampah plastik pasti akan juga menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak dan keluarga sehingga dampak pengurangan dan polusi sampah plastik akan nyata. Begitu banyak akibat yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Bila sampah-sampah tersebut mencemari sumber mata air dan sungai-sungai maka tersumbatnya aliran air yang akan berdampak pada berkembangbiaknya nyamuk malaria dan demam berdarah sulit terhindarkan. Kandungan bahan kimia berbahaya yang sulit terurai (membutuhkan ratusan tahun untuk bisa terurai) juga mencemari tanah. Alhasil, racun-racun yang dihasilkan oleh bahan kimia tersebut akan masuk dalam rantai makanan sehingga akhirnya manusialah yang paling terakhir menjadi korban. Biota pengurai dalam tanah menjadi terganggu. Biota-biota laut juga terancam keberadaannya, mengingat 80% sampah yang ada di laut berasal dari daratan dan 90% nya adalah sampah plastik. Plastik yang ada di sungai akhirnya ikut aliran menuju laut. Plastik yang bersifat ringan juga diterbangkan angin dan akhirnya masuk ke laut.

 

Dengan mengobarkan semangat Kartini,maka kami Kartini Kendeng akan menyiwer Pegunungan Kendeng. Menyiwer dengan merawat sumber mata air di Pegunungan Kendeng. Menyiwer dengan menanam tumbuhan di Pegunungan. Supaya Pegunungan Kendeng tetap lestari tanpa ada pabrik semen.Kami juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang – Marauke kita peduli. Peduli pada negeri ini. Peduli pada permasalahan ekologis di negeri ini. Lingkungan adalah salah satu dari 3 unsur pembangunan kesehatan. Biarlah air tetap mengalir deras dan jernih untuk menjamin keberlangsungan kehidupan seluruh makhluk. Untuk itu gunung biarlah tetap gunung. Hutan biarlah tetap hutan. Sawah biarlah tetap sawah, dan menjadi teladan bagi generasi muda kita bahwa kita harus berperang terhadap sampah plastik.

Salam Kendeng
Lestari !!!!!
Kontak Person JM-PPK
Sukinah : 0823 2997 5823
Giyem : 0852 2804 3373

Leave a comment